Jika ekspresi ialah dua mata pisau, maka pergunakanlah ekspresi dengan sebaik-baiknya.
Lidah memang diciptakan oleh Allah tidak bertulang, semoga insan sanggup berucap dengan sempurna. Akan tetapi sering sekali orang bilang “lidah memang tidak bertulang, masuk akal saja kalau berbohong” Jika memang mirip itu adanya, bagaimana kalau Allah membuat pengecap dengan bertulang semoga insan tidak lagi berdusta?
Lisan merupakan karunia yang sangat ‘mahal’ dan vital bagi manusia. Tanpa lisan, barangkali hidup bagi insan tiada artinya. Dengan lisan, insan sanggup mengenal rasa dan sanggup berbicara dengan sesama.
Dengan ekspresi pula insan sanggup berkomunikasi tanpa mengalami kesusahan.
Lisan merupakan karunia yang sangat ‘mahal’ dan vital bagi manusia. Tanpa lisan, barangkali hidup bagi insan tiada artinya. Dengan lisan, insan sanggup mengenal rasa dan sanggup berbicara dengan sesama.
Dengan ekspresi pula insan sanggup berkomunikasi tanpa mengalami kesusahan.
Selain itu, insan sanggup juga mulia dengan lisannya tersebut. Begitupun sebaliknya, insan sanggup hina alasannya ialah lisannya. Hina, alasannya ialah tidak sanggup menggunakannya sesuai kehendak dan aturan-aturan yang ditetapkan penciptanya.
Banyak sekali hadits Rasulullah SAW. yang menganjurkan kita untuk selalu menjaga lisan. Bahkan Rasulullah juga sering mengecam orang yang tidak terpelajar menjaga lisannya.
Rasulullah pernah berpesan: ”Barang siapa yang membisu (tidak banyak bicara) maka beliau akan selamat” (H.R. At-Tarmizi).
Dalam hadits lain disebutkan, Al-Ma’shum Saw. juga pernah berwasiat: “Barang siapa yang sanggup menjamin (keselamatan) antara dua rahangnya (lisan) dan dua kakinya (faraj) maka saya menjamin baginya surga” (H.R. Bukhari).
Lisan menyerupai pisau bermata dua, bila dipakai pada hal-hal yang baik maka akan mendatangkan kemaslahatan (kebaikan). Namun sebaliknya, bila dipakai pada hal-hal yang buruk, kemudharatan pun akan mengiringinya.
Tidak hanya penyakit hati yang sanggup menjangkit pada manusia, namun penyakit ekspresi pun sanggup menjangkit pada manusia. Berikut diantaranya penyakit ekspresi yang harus dihindari:
Tidak hanya penyakit hati yang sanggup menjangkit pada manusia, namun penyakit ekspresi pun sanggup menjangkit pada manusia. Berikut diantaranya penyakit ekspresi yang harus dihindari:
1. Pembicaraan yang tidak Bermanfaat
“Salah satu tanda kesempurnaan Islam seseorang ialah meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya” (H.R. At-Tarmizi).
Yang dimaksud dengan “tidak bermanfaat” dalam hadits tersebut antara lain, muncul melalui ekspresi mirip ghibah, fitnah, menggunjing, berbohong dll. Padahal, pembicaraan yang tidak berarti sama sekali hanya membuang-buang waktu, dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
Banyak orang yang tidak mengetahui batasan-batasan perkataan yang bermanfaat ataupun tidak bermanfaat, sehingga mengakibatkan kebiasaan baginya. Pada balasannya nanti, kebiasaan yang tidak diketahui baik-buruknya itu sulit untuk merubahnya.
Secara singkat mungkin sanggup kita katakan bahwa batasan baik atau buruknya perkataan seorang ialah diamnya, tidak mengakibatkan celaka bagi orang lain dan tidak mengakibatkan rugi terhadap dirinya sendiri.
2. Perdebatan dan Pertengkaran
Perdebatan dan pertengkaran acapkali berbuntut pada perpecahan. Makanya, Rasulullah Saw. melarang umatnya yang suka perdebatan seraya bertutur:
“Tidaklah sesat suatu kaum (dahulu) sehabis Allah menunjuki mereka, kecuali alasannya ialah mereka suka berdebat atau bertengkar” (H.T. At-Tarmizi).
Dalam sabdanya yang lain, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Tidak tepat kepercayaan seorang hamba hingga beliau meninggalkan pertikaian dan perdebatan walaupun beliau dalam posisi benar” (H.R. Ibnu Abi ad-Dunya).
3. Suka Melaknat
Marah sering kali membawa seseorang lupa diri, sehingga kata-kata yang terucap dari kedua bibirnya mengakibatkan tidak terkendali.
4. Bercanda yang Berlebihan
Sejatinya canda itu lebih identik dihentikan oleh Raulullah Saw. kecuali pada hal-hal yang sewajarnya.
Sabda Rasulullah: “Jangan kau mendebat saudaramu dan jangan kau mencandainya” (H.R. At-Tarmizi).
Artinya, canda terhadap sesama selama dalam batas-batas yang masuk akal tidaklah dilarang. Akan tetapi, yang sering terjadi saat canda sudah melebihi batas, sehingga malu sesama tidak jarang terbongkar gara-gara canda yang berlebihan. Imbasnya, berbuntut pada putusnya relasi silaturahmi bahkan teman sanggup menjadi lawan hanya alasannya ialah canda yang berlebihan.
5. Mengejek dan Mencemoohkan orang lain
Allah SWT. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi orang (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain, alasannya ialah boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olokkan). (Q.S. Al-Hujurat: 11).
6. Ghibah (gosip)
Secara singkat, ghibah (gosip) sanggup diartikan dengan menyebut atau menceritakan hal yang tidak baik dari langsung seseorang. Sehingga, kalau yang diceritakan mengetahuinya akan mengakibatkan permusuhan diantara keduanya. Biasanya, seseorang yang suka mengghibah tidak akan hening kalau melihat orang bahagia, senang dan gembira.
7. Namimah (mengadu domba)
Berbeda dengan namimah (adu domba), ghibah lebih kepada ingin melaga antara dua orang yang awalnya dekat balasannya bermusuhan. Adu domba tidak saja dari perkataan, namun sanggup juga dengan instruksi atau surat dsb.
Sabda Nabi Saw.”Tidakkah kau ingin saya beritahukan orang yang paling jahat diantara kamu? Kata sahabat: “tentu wahai Rasulullah” kemudian nabi menyebutkan mencerai-beraikan salah satunya.” (HR. Ahmad dari Abu Malik al-Asy’ari)
8. Memuji berlebihan
Adalah sifat insan ingin selalu dipuji. Namun, terkadang yang memuji terlalu hiperbola sehingga hingga pada batas dusta. Pernah seorang teman memuji teman yang lain (dengan berlebihan), kemudian Nabi Saw. mendengarnya seraya berkata ”Celakalah engkau, alasannya ialah engkau (seolah-olah) telah memotong leher saudaramu, sekalipun beliau senang mendengar apa yang kau ceritakan.”
Jika ekspresi ialah dua mata pisau, maka pergunakanlah ekspresi dengan sebaik-baiknya jangan hingga ada hati yang tersayat oleh ucapan kita, jangan hingga ada hati yang terluka alasannya ialah perkataan kita.
Semoga Bermanfaat.
Buat lebih berguna, kongsi: