Biodata Profil Novelis Leo Tolstoy

Biodata Profil Novelis "Leo Tolstoy" _ Penasaran siapa Leo Tolstoy?Agar tidak galau berikut ini yakni Biodata Profil Novelis "Leo Tolstoy" : Pangeran Lev Nikolayevich Tolstoy biasa disebut sebagai Leo Tolstoy) (9 September 1828 – 20 November 1910, N.S.; 28 Agustus 1828 – 7 November 1910, K.J.) yakni seorang sastrawan Rusia,pembaharu sosial,pasifis,anarkis Kristen,vegetarian,pemikiran moral dan seorang anggota kuat dari keluarga Tolstoy.

pemikiran moral dan seorang anggota kuat dari keluarga Tolstoy Biodata Profil Novelis Leo Tolstoy 

Tolstoy secara luas dianggap sebagai salah seorang novelis yang terbesar, khususnya sebab adi karyanya Perang dan Damai dan Anna Karenina.Dalam cakupan, luasnya dan gambarannya yang realistik mengenai kehidupan Rusia,kedua buku ini berdiri pada puncak fiksi realistik.Sebagai seorang filsuf moral ia populer sebab gagasan-gagasannya perihal perlawanan tanpa kekerasan melalui karyanya Kerajaan Allah ada di Dalam Dirimu,yang pada gilirannya memengaruhi tokoh-tokoh kala ke-20 menyerupai Mahatma Gandhi dan Martin Luther King,Jr.

Masa muda
Tolstoy dilahirkan di Yasnaya Polyana, tanah keluarganya yang terletak di wilayah Tula, Rusia. Ia yakni anak keempat dari lima bersaudara di dalam kelaurganya. Orangtuanya meninggal ketika ia masih kecil, sebab itu ia dibesarkan oleh sanak keluarganya. Tolstoy berguru aturan dan bahasa-bahasa Oriental di Universitas Kazan pada 1844 hingga karenanya ia meninggalkan Universitas itu. Dosen-dosennya menggambarkan dirinya "tidak bisa dan tidak mau belajar." Ia kembali di tengah-tengah studinya ke Yasnaya Polyana dan menghabiskan banyak waktunya di Moskwa dan St. Petersburg. Setelah terjerumus ke dalam utang yang besar sebab berjudi, Tolstoy menemani kakaknya ke Kaukasus pada 1851 dan masuk ke dalam Tentara Rusia. Tolstoy mulai menulis sastra sekitar masa-masa kini. Pada 1862 ia menikah dengan Sofia Andreevna Bers, yang usianya 16 tahun lebih muda, dan mereka mempunyai 13 orang anak. Pernikahannya dengan Sofia Andreevna Bers ditandai pada permulaannya oleh Tolstoy pada malam pernikahannya dengan memperlihatkan buku hariannya kepada tunangannya. Buku-buku hariannya ini memuat catatan mengenai relasi seksualnya dengan para petaninya. Meskipun demikian, awal kehidupan perkawinan mereka cukup senang dan tenang, dan memperlihatkan Tolstoy banyak kebebasan untuk menulis adi karya sastranya, Perang dan Damai dan Anna Karenina. Kehidupan perkawinannya yang belakangan digambarkan oleh A.N.Wilson sebagai salah satu yang paling tidak senang dalam sejarah sastra. Hubungannya dengan istrinya semakin jelek ketika keyakinannya menjadi semakin radikal.

Novel dan karya-karya fiksi Leo Tolstoy
Tolstoy yakni salah satu dari raksasa dari sastra Rusia kala ke-19. Karyanya yang paling populer antara lain yakni novel-novelnya Perang dan Damai dan Anna Karenina, serta banyak karya-karya yang lebih singkat termasuk sejumlah novella Kematian Ivan Ilyich dan Hadji Murad.
Rekan-rekan sezamannya sangat menghormatinya: Dostoyevsky menganggapnya sebagai yang terbesar di antara semua novelis yang hidup dikala itu, sementara Gustave Flaubert mencetus: "Seorang seniman hebat, seorang psikolog hebat!". Anton Chekhov, yang seringkali mengunjungi Tolstoy di tanahnya di pinggiran kota, menulis: "Ketika sastra mempunyai seorang Tolstoy, menjadi penulis itu gampang dan menyenangkan; bahkan kalau kita tahu bahwa kita sendiri tidak mencapai hasil apa-apa, itu tidak menjadi duduk kasus sebab Tolstoy yang berprestasi untuk kita semua. Apa yang dilakukannya berkhasiat untuk membenarkan semua impian dan aspirasi yang ditanamkan dalam sastra." Para kritikus dan novelis yang belakangan terus memperlihatkan kesaksian terhadap seninya: Virginia Woolf menyatakan Tolstoy sebagai "yang terbesar di antara semua novelis" dan Thomas Mann menulis perihal seni penulisannya yang sepertinya jujur—"Jarang sekali suatu karya seni yang begitu menyerupai dengan alam"—perasaan-perasaan yang juga dimiliki oleh banyak orang lainnya, termasuk Marcel Proust, Vladimir Nabokov dan William Faulkner.
novel-novel otobiografinya, Masa Kanak-kanak, Masa Kecil, dan Remaja (1852–1856), terbitan-terbitannya yang pertama, menceritakan perihal anak seorang tuan tanah yang kaya dan kesadarannya yang bertumbuh perlahan perihal perbedaan-perbedaan antara dirinya dengan teman-teman bermainnya yang keturunan penggarap. Meskipun dalam kehidupannya di kemudian hari Tolstoy menolak ketiga buku ini dan menganggapnya sentimental, banyak dari hidupnya disingkapkan dalam buku-buku ini, mereka masih relevan sebab isinya menceritakan kisah yang universal perihal pertumbuhan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.
Dalam resimen artileri Tolstoy berpangkat letnan dua selama Perang Krim. Ia mengisahkan semua ini dalam bukunya Sketsa-sketsa Sevastapol. Pengalaman-pengalamannya di medan pertempuran menolong dirinya membuatkan pasifisme, dan memperlihatkan kepadanya materi untuk citra yang realistik perihal kengerian perang dalam karya-karyanya di kemudian hari.
Fiksinya secara konsisten berusaha memberikan secara realistik masyarakat Rusia yang ada pada masanya. Orang-orang Kosak (1863) menggambarkan kehidupan dan keadaan bangsa Kosak melalui dongeng perihal seorang darah biru Rusia yang jatuh cinta dengan seorang gadis Kosak. Anna Karenina (1877) mengisahkan cerita-cerita perumpamaan tenang seorang wanita yang berzinah, yang terjebak oleh kebiasaan dan kepalsuan masyarakat, serta perihal seorang pemilik tanah yang filosofis (mirip sekali dengan Tolstoy), yang bekerja bahu-membahu dengan para penggarap di ladang dan berusaha memperbarui hidup mereka.
Tolstoy tidak hanya menggali dari pengalaman hidupnya sendiri tetapi juga membuat tokoh-tokoh sesuai dengan gambarannya, menyerupai contohnya Pierre Bezukhov dan Pangeran Andrei dalam Perang dan Damai, Levin dalam Anna Karenina dan hingga batas tertentu, Pangeran Nekhlyudov dalam Kebangkitan.
Perang dan Damai umumnya dianggap sebagai salah satu novel terbesar yang pernah ditulis, luar biasa luasnya dan keutuhannya. Kanvasnya yang luas meliputi 580 tokoh cerita, banyak di antaranya historis, yang lainnya fiktif. Ceritanya beralih dari kehidupan keluarga ke markas besar Napoleon, dari istana Alexander I dari Rusia ke medan tempur dari Austerlitz dan Borodino. Buku ini ditulis dengan maksud menjelajahi teori sejarah Tolstoy, dan khususnya ketidakberarian pribadi-pribadi menyerupai Napoleon dan Alexander. Yang agak mengejutkan, Tolstoy tidak menganggap Perang dan Damai sebagai sebuah novel (ia pun tidak menganggap banyak fiksi besar Rusia lainnya yang ditulis pada masa itu sebagai novel). Pandangan ini menjadi kurang mengejutkan kalau kita menganggap bahwa Tolstoy yakni seorang novelis dari aliran realis yang menganggap novel itu sebagai kerangka untuk mengkaji masalah-masalah sosial dan politik dalam kehidupan kala ke-19. Karena itu Perang dan Damai (sebetulnya Tolstoy ingin menulis sebuah epil dalam prosa) tidak memenuhi syarat. Tolstoy menganggap Anna Karenina sebagai novel pertamanya yang sesungguhnya, dan memang ini yakni salah satu yang terbesar di antara semua novel realis.
Setelah Anna Karenina, Tolstoy berkonsentrasi pada tema-tema Kristen, dan novel-novelnya yang belakangan, menyerupai contohnya Kematian Ivan Ilyich (1886) dan Jadi apa yang harus kita lakukan? membuatkan suatu filsafat Nasrani anarko-pasifis yang membuat ia dikucilkan dari Gereja Ortodoks pada 1901.

Keyakinan keagamaan dan politik Tolstoy
Keyakinan-keyakinan Nasrani Tolstoy didasarkan pada Khotbah di Bukit, dan khususnya pada serpihan perihal memperlihatkan pipi kiri, yang dipahaminya sebagai pembenaran bagi pasifisme, anti kekerasan dan anti perlawanan. Tolstoy percaya bahwa menjadi seorang Nasrani membuat ia seorang pasifis, dan sebab kekuatan militer yang dipakai oleh pemerintahnya, menjadi pasifis berarti menjadi anarkis. Ia merasa sangat terisolasi di dalam keyakinan-keyakinannya ini, dan sebab itu sesekali ia menderita depresi yang begitu parah sehingga, di manapun ia melihat tambang, ia ingin menggantung dirinya sendiri, dan ia menyembunyikan senapan-senapannya untuk mencegahnya melaksanakan bunuh diri.
Tolstoy percaya bahwa seorang Nasrani harus menilik hatinya sendiri untuk menemukan kebahagiaan, ketimbang memandang ke luar kepada Gereja atau negara. Keyakinannya akan anti kekerasan ketika menghadapi penindasan yakni sebuah ciri khas lain dari filosofinya. Dengan memengaruhi Mahatma Gandhi secara eksklusif dengan gagasan ini melalui karyanya Kerajaan Allah Ada di Dalam Dirimu (teks lengkap dalam bahasa Inggris sanggup ditemukan di sini), Tolstoy telah memperlihatkan efek yang sangat besar terhadap gerakan perlawanan anti kekerasan hingga masa kini. Ia yakin bahwa kaum aristokrasi merupakan beban bagi kaum miskin, dan bahwa satu-satunya solusi untuk kehidupan bersama kita yakni melalui anarkisme. Ia juga menentang hak milik pribadi dan institusi perkawinan serta menjunjung citra ideal selibat dan pantangan seksual (dibahas dalam Romo Sergius dan pengantarnya dalam Sonata Kreutzer. Karya Tolstoy di kemudian hari seringkali dikritik sebab terlalu didaktik dan ditulis secara tambal-sulam, namun menggali semangat dan dinamisme dari kedalaman pandangan-pandangan moralnya yang keras. Rangkaian pencobaan terhadap Sergius dalam Romo Sergius, misalnya, yakni salah satu kemenangannya di kemudian hari. Gorky mengisahkan perihal bagaimana Tolstoy suatu kali membacakan serpihan ini di hadapannya dan Chekhov dan bahwa Tolstoy begitu terpengaruh hingga mencucurkan air mata pada tamat pembacaan itu. Alinea-aliena lainnya yang belakangan yang mempunyai kekuatan yang luar biasa termasuk krisis pribadi yang dihadapi oleh para tokoh protagonis dari Kematian Ivan Ilyich dan Tuan dan Manusia, di mana tokoh utamanya (dalam Ilyich) atau pembaca (dalam Tuan dan Manusia) dijadikan sadar akan kebodohan kehidupan para tokoh protagonisnya.
Tolstoy menjadikan efek yang mendalam terhadap perkembangan pemikiran anarkis. Pangeran Peter Kropotkin menulis perihal ia dalam artikel perihal anarkisme dalam Encyclopædia Britannica 1911:
Tanpa menyebut dirinya seorang anarkis, Leo Tolstoy, menyerupai para pendahulunya dalam gerakan keagamaan rakyat pada kala ke-15 dan ke-16, Chojecki, Denk dan banyak lainnya, mengambil posisi anarkis terhadap negara dan hak-hak milik, menyusun kesimpulan-kesimpulannya dari semangat umum ajaran-ajaran Yesus dan dari penalarannya sendiri. Dengan seluruh kemampuan bakatnya ia membuat (khususnya dalam Kerajaan Allah ada di Dalam Engkau) suatu kritik yang dahsyat terhadap gereja, negara dan aturan bersama-sama, dan khususnya perihal aturan harta milik pada masa kini. Ia menggambarkan negara sebagai dominasi dari yang kejam, yang didukung oleh kekuatan brutal. Para perampok, katanya, jauh kurang berbahaya dibandingkan dengan pemerintah yang terorganisasi dengan baik. Ia membuat kritik yang tajam terhadap prasangka-prasangka yang sekarang bermunculan mengenai keuntungan-keuntngan yang diberikan kepada insan oleh gereja, negara dan distribusi harta milik yang ada, dan dari ajaran-ajaran Yesus ia menyimpulkan aturan untuk tidak melawan dan kutukan mutlak terhadap semua perang. Namun, argumen-argumen religiusnya dengan sangat baik digabungkannya dengan argumen-argumen yang dipinjam dari pengamatan yang seimbang perihal kejahatan-kejahatan pada masa kini, sehingga bagian-bagian anarkis dari karya-karyanya tampak menarik bagi para pembaca yang religius maupun yang tidak religius.
Sepucuk surat yang ditulis Tolstoy kepada sebuah surat kabar India berjudul "Surat kepada seorang Hindu" menghasilkan sebuah korespondensi panjang dengan Mohandas Gandhi, yang dikala itu berada di Afrika Selatan dan sedang mulai menjadi seorang aktivis. Korespondensi dengan Tolstoy ini sangat memengaruhi Gandhi dalam membuatkan konsep perlawanan tanpa kekerasan, sebuah serpihan sentral dari padnangan Tolstoy perihal agama Kristen. Bersama dengan idealismenya yang berkembang, ia juga menjadi seorang pendukung utama gerakan Esperanto. Tolstoy terkesan oleh keyakinan pasifis dari kaum Doukhobor dan mengangkat kasus penganiayaan yang mereka alami ke masyarakat internasional, sesudah mereka aben senjata-senjata mereka dalam sebuah protes tenang pada 1895. Ia menolong kaum Doukhobor untuk pindah ke Kanada.
Pada 1904, ketika pecah Perang Rusia-Jepang, Tolstoy mengutuk perang itu dan menulis kepada pendeta Buddhis Jepang, Soyen Shaku dalam upayanya yang gagal untuk membuat pernyataan pasifis bersama.
Tolstoy yakni seorang anggota keluarga darah biru Rusia yang sangat kaya. Ia belakangan percaya bahwa ia tidak berhak mendapat harta warisannya, dan populer di antara para petani sebab kedermawanannya. Ia seringkali kembali ke tanah miliknya dengan sejumlah gelandangan yang dirasakannya membutuhkan pertolongan. Ia pun seringkali memperlihatkan sejumlah besar uang kepada para pengemis di jalan dalam perjalanannya ke kota, sehingga membuat istrinya marah.
Ia meninggal sebab radang paru-paru di stasiun Astapovo pada 1910 sesudah meninggalkan rumahnya di tengah demam isu hambar pada usia 82 tahun. Kematiannya terjadi hanya beberapa hari sesudah ia mengumpulkan keberanian untuk meninggalkan keluarganya dan kekayaannya dan mengambil perilaku hidup sebagai seorang pertapa keliling—suatu pilihan yang telah digumulinya selama beberapa puluh tahun. Beribu-ribu petani berdiri di kedua tepi jalan pada dikala ia dikebumikan.

Bibliografi Leo Tolstoy
  • Masa Kanak-kanak (Детство [Detstvo]; 1852)
  • Serangan (1852)
  • Masa Kecil (Отрочество [Otrochestvo]; 1854)
  • Remaja (Юность [Yunost']; 1856)
  • Cerita-cerita Sevastopol (Севастопольские рассказы [Sevastolpolskye Rasskazi]; 1855–56)
  • Kebahagiaan Keluarga (1859)
  • Orang-orang Kosak (Казаки [Kazaki]; 1863)
  • Ivan yang Bodoh: Kesempatan yang Hilang (1863)
  • Polikushka (1863)
  • Perang dan Damai (Война и мир [Voyna i mir]; 1865–69)
  • Tawanan di Kaukasus (Кавказский Пленник; 1872)
  • Romo Sergius (Отец Сергий; 1873)
  • Anna Karenina (Анна Каренина; 1875–77)
  • Sebuah Pengakuan (1882)
  • Pejalan Kaki: Kisah Seekor Kuda (1864, 1886)
  • Apa Yang Kupercayai (juga disebut Agamaku) (1884)
  • Kematian Ivan Ilyich (Смерть Ивана Ильича [Smert Ivana Ilyicha]; 1886)
  • Berapa Banyak Tanah yang Dibutuhkan Manusia? (1886)
  • Kuasa Kegelapan (Власть тьмы [Vlast' t'my]; 1886), drama
  • Buah-buah Kebudayaan (drama) (1889)
  • Sonata Kreutzer dan cerita-cerita lain (Крейцерова соната [Kreutzerova Sonata]; 1889)
  • Kerajaan Allah ada di Dalam Dirimu (terdapat dalam wikisource) (1894)
  • Tuan dan Manusia dan cerita-cerita lain (1895)
  • Injil Secara Singkat (1896)
  • Apakah Seni Itu? (1897)
  • Surat kepada Kaum Liberal (1898)
  • Kebangkitan (Воскресение [Voskresenie]; 1899)
  • Mayat Hidup (Живой труп [Zhivoi trup]; terbit 1911), drama
  • Hadji Murad (Хаджи-Мурат; ditulis pada 1896-1904, published 1912)
  • Yang menarik, Tolstoy dan raksasa lainnya dalam sastra Rusia kala ke-19 - Fyodor Dostoevsky - tidak pernah bertemu secara pribadi. Keduanya saling memuji dan saling dipengaruhi oleh karya yang lainnya, namun mereka tidak pernah bertemu. Tolstoy dikabarkan menangis ketika ia mendengar informasi tamat hidup Dostoevsky. Pada dikala itu mereka berdua dianggap sebagai novelis terbesar di tanah air mereka oleh kritikus dan publik Rusia.
Sumber :  wikipedia.org

Biodata Profil Novelis "Leo Tolstoy" dari Kata Bijak,Kata Mutiara dan Puisi Terbaru
Buat lebih berguna, kongsi:
close