Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah ini yang disegani oleh kaum musyrik Qurais, menciptakan mereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW. Oleh alasannya itu, jikalau warga kota Thaif mau mendapatkan Islam, kota ini akan dijadikan kawasan berlindung bagi warga muslimin dari kekejaman kaum musyrikin Makkah.

Saat itu, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW, sehingga kakinya terluka. Tindakan brutal penduduk Thaif ini menciptakan Zaid bin Haritsah membelanya dan melindunginya, tapi kepalanya juga terluka akhir terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.
Saat itu, Rasulullah SAW berdoa,
“Ya, Allah kepada-Mu saya mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?
Jika Engkau tidak marah kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, alasannya sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”
Dari do’a ini tentu semua begitu memahami betapa beratnya cobaan Rasulullah SAW ketika itu dalam menghadapi penganiayaan dengan penuh ridho, tulus dan sabar, serta tidak pernah berputus asa. Seperti sejumlah kisah yang diriwayatkan kembali Ulama Hadist terkenal, Imam Bukhori dan Muslim dari Asiyah RA (istri kedua Rasulullah SAW).
Ia (Aisyah) berkata, “Wahai Rasulullah SAW, pernahkah engkau mengalami insiden yang lebih berat dari insiden Uhud?“ Jawab Nabi saw, “Aku telah mengalami banyak sekali penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan terberat yang pernah saya rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana saya tiba dan berdakwah kepada Ibnu Abdi Yalil bin Abdi Kilal, tetapi tersentak dan tersadar ketika hingga di Qarnu’ts-Tsa’alib.
Lalu saya angkat kepalaku, dan saya pandang dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan balasan kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ Rasulullah SAM melanjutkan.
“Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku kemudian berkata, “ Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku ialah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jikalau engkau suka, saya sanggup membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.” Jawab Rasulullah SAW, “Bahkan saya menginginkan biar Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.“ Subhanallah..!!
Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah ini yang disegani oleh kaum musyrik Qurais, menciptakan mereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW. Oleh alasannya itu, jikalau warga kota Thaif mau mendapatkan Islam, kota ini akan dijadikan kawasan berlindung bagi warga muslimin dari kekejaman kaum musyrikin Makkah.

sumber :
M. Rizal Maslan - detikNews
Buat lebih berguna, kongsi: