Novel Terbaru : Novel Antara Cinta Dan Konflik Hati

Novelrw.Com - Terbaru : Novel Antara Cinta dan Konflik Hati Konflik Hati, memang kadang-kadang permasalahan cinta membaut semua jadi sangat tidak enak, disinilah kadang Logika tidak berdaya meski se Jenius apapun orangnya, termasuk aku, duka kadang jikalau mengingat semau hal yang terjadi, mengapa dongeng hidup ini harus menyerupai ini, tetapi saya sadar bahwa ini yaitu ujian dari Tuhan untuk naik Level, bagiku pendidikan dan dunia pekerjaan yaitu satu hal yang menjadi terget harga mati untuk dicapai, ujian bertubi-tubi menghujani tetapi saya bisa melewatinya dengan baik.

Bahkan dikala ini sudah mencapai puncak, tetapi alangkah tidak adilnya Tuhan jikalau tidak menawarkan cobaan tidak berarti pada hidup ku. Dia niscaya tahu mana yang menurutnya adil, Sebelum hari ini dikala saya menulis dongeng ini ada doa yang diminta, dalam hati kecil "Tuhan saya ingin berubah, Aku butuh satu hal yang bisa menciptakan ku bisa berubah jikalau hanya menyerupai ini mungkin saya sulit untuk merubahnya". Seakan doa itu terkabulkan semua problem muncul satu-persatu.

Doa ku rasanya sudah terjawab semua, Aku percaya tidak ada ujian yang tidak bisa dilewati bagi orang yang merasa akrab dan menggantukan semua kepada Tuhan. Ini yaitu problem perasaan yang mungkin akan saya ingat ketika bau tanah nanti dan membaca kembali hal sama dikala nanti mendapatkan cobaan yang lebih berat lagi menyadari bahwa saya pernah berjanji kepada Alloh untuk lebih baik.



Kisah cinta kami memang rasanya sudah dimulai lama, tetapi bukan sebagai kekasih atau pacar kini ia kembali dari masa kemudian dan mengajak hidup mencapai masa depan, disaat semua yang diimpikan sudah akan menjadi kenyataan barulah ada aneka macam problem yang muncul, mulai menguji cinta kami berdua. Aku masih mengingatnya dikala menulis dongeng ini beberapa ahad sebelum ini, terjadi sempurna pada hari Minggu, 14 Juni 2015 saya mengajak Sang Puteri untuk dikenalkan kepada orang tua.

Rasanya hari itu yaitu waktu yang sangat membahagiakan, akan masih tetap ingat Dia memakai pakaian serba Pink, sedangkan saya memakai pakaian Levis serba Biru, kami tiba dan berjumpa dengan orang bau tanah ku, mengobrolkan banyak hal mulai dari renca menikah hingga dengan tunangan. Tetapi ada sedikit ganjalan dikala itu yang sedang ku rasa.

Terbebani lantaran Sang Puteri terkesan terburu-buru ada hal yang ditakutkan, kalau saya boleh jujur kepada mu Tuhan sebelum semua problem besar ini terjadi saya merasa terbebani dengan perilaku keluarga Sang Puteri bukan dari orang tua, tetapi dari keluarga lainnya menyerupai saudara, kadang saya merasa risih seolah disanjung dan dibangkan dengan bahan yang saya punya. Bahkan perasan terbebani lainnya yaitu seoalah saya menjadi rujukan dan andalan dari keluarga Sang Puteri padahal ini belum mulai.

Dalam hati kecil selalu saja saya mencoba menguatkan diri tanpa menentang rasa itu hati ini selalu konflik, lantaran kalau boleh jujur lagi hal ini tidak sesuai dengan hati nurani. Hati ini selalu konflik tetapi kadang-kadang saya merasa bahwa harus bertahan dan memaksakan diri untuk sebuah kebahagian. Tetapi semakin mencoba untuk bertahan saya semakin tidak menjadi diri sendiri dan tidak nyaman, Saat itu saya tidak berdaya hanya bisa pasrah saja.

Hati ku selalu merasa tertekan kenapa kok menyerupai ini, memang ku sadari mereka tidak pernah melaksanakan hal itu dengan omongan tetapi perilaku mereka menandakan secara halus hal tersebut, kelemahan ku yaitu tidak bisa mendengarkan keluhan susah orang dikala saya bisa membantu mereka. Aku hidup dan besar dalam lingkungan tegas, berfikir tanpa dikekang, menyampaikan setiap kejujuran meski pahit, dan keras menolak jikalau tidak sesuai dengan hati.

Saat itu juga saya tidak berdaya lantaran besarnya cinta ini kepada Sang Puteri, yang saya takutkan hanya satu, yaitu ia Tidak Bahagia itu saja, Jika saya menentang hal tersebut. Dalam diri ini sudah ada prinsip bahwa akan hidup dengan cara sederhana meski serba kecukupan, tidak membanggakan materi, saya ingin dipandang orang dan dihargai sebagai status sosial yang tinggi bukan lantaran materi, tetapi lantaran perilaku yang saya punya bisa merubah dan menyebabkan banyak orang lebih baik lagi.
Aku tidak mau terpaksa dan seolah dipaksa dengan siapapun untuk menawarkan bantuan, Aku tidak mau jikalau saya dibohongi, Aku selalu bersikap tidak tahu padahal sebetulnya saya tahu tetapi tetap membisu untuk menguji bagaimana mereka sesungguhnya. Tetapi keluarga Sang Puteri tidak memahami hal tersebut, kami hidup dan dibesarkan secara mandiri, kesuksesan terbesar yang kami sanggup yaitu sanggup bangkit diatas kaki sendiri bukan mengandalkan keluarga.

Aku hanya ingin jikalau membantu orang bukan lantaran paksaan tetapi memang benar-benar Ikhlas memberi itu saja. Bukan lantaran takut nanti Sang Puteri tidak senang atau lainnya. Masalah menyerupai ini terus saja menghantui ku. Sering dengan menguji hingga sejauh apa mereka. Mungkin jikalau saya bisa bertahan memaksakan diri saya siap tetapi kenyataannya tidak bisa. Setiap hari saya berdoa dan mengeluh "Tuhan kenapa kok rasanya tertekan sekali dengan yang dirasa dikala ini, saya hanya ingin jadi diri sendiri dan berbuat sesuai dengan hati nurani".

Setiap hari saya berdoa menyerupai itu, saya sudah jelaskan bahwa keluarga dari pihak orang bau tanah Sang Puteri tidak pernah menuntut apa-apa tetapi dari pihak lainnya dengan cara lebih lembut memposisikan saya mencicipi hal menyerupai itu menjadi beban hidup bergantunya banyak keluarga. Aku sadar bahwa saya diberikan rejeki lebih untuk membantu tetapi biarkan saya membantu dengan cara ku sendiri tanpa dipaksa.

Selalu saja saya menyampaikan dalam menganalisis sesuatu ada banyak yang bisa saya simpulkan, Semua itu memang sesuai dengan apa yang dirasa. Mungkin Alloh sayang dengan ku tidak ingin melihat tersiksa dan seolah saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu. Sampai tiba sesudah hari yang sama menyerupai yang ku tulis diatas Minggu, 14 Juni 2015 yaitu sejarah gres dimana saya mencicipi kebahagian sangat besar dan kekecewaan yang sangat besar pula.

Berawal dari kedatangan Sang Puteri ke rumah ku, pagi sekitar jam 10.40 saya menjemputnya kerumah dan menjak memperkenalkan kepada orang bau tanah atas rencana kami untuk menikah tanggapan positiv kami dapatkan. Bahkan sore itu sebelum pulang saya sempat mengukur jarinya untuk membelikan cincin tunangan dan rencana lebaran ini kami menikah. Kalau boleh jujur saya belum siap tetapi yang mengajak nikah dalam waktu akrab meski terasa buru-buru hati ini harus siap lantaran menurutku kesempatan ini tiba cuma sekali.

Tidak Berfikir panjang, saya menyetujuinya tetapi hari ini Sang Puteri sempat menyampaikan bahwa "Keputusannya Besok" hari Senin 15 Juni 2015 dan keputusan itu tergantung Aku (Penulis)". Padahal seharusnya yang tetapkan pihak perempuan. Meski resah apa yang dimaksud tetapi saya tidak ingin memikirkannya. Sore pun hampir usai dikala matahari kebali dalam tidurnya saya pun mengantar ia pulang tidak ada problem dan belum yang kami hadapi sore itu.

Perasaan dan firasat tidak lezat hati selalu bergetar kencang entah kenapa ingin menangis meski tidak ada masalah, tetapi saya hanya bisa meyakinkan diri bahwa saya tidak apa-apa dan tidak akan terjadi apa-apa. Sesaimpainya dirumah sesudah mengantar, SMS dari Sang Puteri masuk bukan menayakan sudah hingga diruma atau belum tetapi, "Ada Surat di dalam Jok Motor di bawah jas Hujan" yang ia titipkan untuk ku baca.

Hati ini bergetar dikala memegangnya, merasa drop total meski belum dibuka, perlahan membuka bertahap dan membaca bait tiap bait kaliman yang ditulis. Tidak banyak tetapi bagiku sesudah mengetahui hal tersebut "Air Mata Ini rasanya kering untuk menetes" begitu sedih, kecewanya membaca isi surat itu. Permasalahannya tidak begitu besar tetapi cara memberikan dan nilai sikapnya lah yang membaut ku sangat kecewa.

Betapa tidak "Jika ada orang yang mencoba meyakikan mati-matian untuk membaut anda parcaya, sesudah anda percaya ia menyampaikan bahwa apa yang diyakinkan selama ini dan menciptakan ku percaya itu semuanya sebenanya bohong" saya sudah sangat percaya dengan kebohongan itu. Disinilah hati memberontak saya murka dan kesal meski problem itu kecil, lantaran selama ini tanpa disadari saya sudah mengorbankan banyak hal tapi tanggapan menyerupai ini.

Yang membuatku kesal yaitu saya berusaha menutupi yang tidak ku sukai menyerupai yang dijelaskan sebelumnya dan mencoba tidak menjadi diri sendiri, hal itu tetap saja dilakukan lantaran saya ingin membuatnya senang sementara ia menawarkan kebohongan besar. Kemarahan itu berdampak pada keputusan ku untuk menyudahi hubungan ini.

Aku berusaha besar lengan berkuasa dan tegar dengan semua tetapi hati ini tidak bisa berbohong lantaran problem yang dihadapi jauh lebih kecil dari rasa cinta yang ku miliki kepada Sang Puteri. Kadang saya berfikir Apa saya salah jatuh cinta padanya yang telah menciptakan hati ini terluka dan meneteskan air mata. Aku selalu meyakinkan diri untuk besar lengan berkuasa "Air Mata yang Telah Jatuh tidak akan pernah didapat kembali.

Tidak berangsur usang sekitar satu hari sesudah itu, ada satu undangan ku yang akan diusahakan "Saat itulah saya meminta bertemu dengannya untuk terakhir kalinya". Dari sana kami memulai dan membahas permasalahan ini, semua kemarahan dan emosi ku disampaikan, saya sempat berkata kepada ia "Silahkan gunakan cara mu untuk menuntaskan problem mu, tetapi tolong jangan libatkan saya dalam problem itu kalau hingga saya dilibatkan dalam menciptakan alasan, saya harus ikut campur dan kau harus ikuti juga cara ku menuntaskan problem jikalau melibatkan aku" lantaran menurutku cara mu tidak menuntaskan masalah.

Masalah sepele ini sudah banyak yang tahu keluarga ku tahu dan keluarga ia juga tahu. Kesimpulannya yaitu saya tidak mendapatkan restu dari orang bau tanah ku dan ingin mengakhir semua hari itu juga. Setelah saya pulang keruma lega rasanya menuntaskan semua permasalahan itu. Tidur pun menjadi nyenyak tidak ada beban. Aku kuliah hingga dengan S2 dan selalu lulus dengan predikat dengan pujian, tidak ada yang mencurigai kemampuan ku dalam berfikir, tetapi sesudah problem ini saya merasa di bodohi oleh anak lulusan Sekolah Menengan Atas terasa dibegoi. Hati kecil tidak diterima seolah dipermainkan.

Tidak ada pikirkan hal lain lantaran malam itu yaitu malam terakhir saya berada di desa ku renca mernacai ke pulau seberang, dan akan pulang lagi jikalau benar saya gagal menikah, kembali sesudah mempunyai Istri dan menuntaskan Studi ku. Aku tidak ingin Dia mengganggu ku lagi. Tegas memutuskan. Waktu berlalu dengan cepat dikala pagi tiba sempurna jam 3.45 hape ku berbunyai SMS masuk.

Tidak bisa disebutkan apa isi rinci dari sms itu tetapi yang niscaya apapun terjadi ia menyampaikan ingin hidup bersama dan melupakan semau, memperbaiki semuanya dan hidup dengan cara ku. Aku tidak kuasa untuk menolak meski ekspresi ini menyampaikan tidak hati kecil ini masih tetap miliknya. Kegagalan ku menikah sebelumnya menjadi stress berat besar rasanya tidak siap jikalau harus ditinggal nikah dan gagal untuk yang kesekian kalinya.

Aku mengajaknya pergi jikalau memang orang bau tanah kami tidak merestuai hubungan ini, dan akan kembali ketika kami mendapatkan restu. Aku menunda rencana merantau ku hanya untuk dia. Perjalanan kami panjang hingga terhenti ditengah perjalanan kami mendapatkan apa yang kami perjuangkan, perjalanan memakai sepada motor pulang pergi 157 km hanya terhenti makan dan kembali untuk menuntaskan masalah.

Semua memang sudah dengan yang diharapakan, saya merasa senang ternyata kami bisa melewati masa sulit itu, tetapi hati ini mulai ragu lagi, saya mengorbankan banyak hal dan menawarkan yang terbaik untuk Sang Puteri sedangkan saya tidak sanggup apa-apa dari itu jikalau dilanjutkan kecuali rasa menyayangi dan dicintai. Konflik hati rasanya belum usai saya terus menimbang dengan logika.

Manusia bisa saja salah dan khilaf, apa saya siap ketika nanti Sang Puteri mengulangi kesalahan sama dan kembali mengecewakan, Apa saya siap mendapatkan ia kembali lagi sesudah menikah nanti, dan saya juga tidak bisa berjanji dan menyampaikan yang manis-manis untuk meyakinkan tidak berbuat salah, alasannya yaitu saya juga hanya insan biasa yang bisa kapan saja berbuat dosa menciptakan kesalahan lebih besar.

Tetapi yang harus diingat bahwa kata-kata sederhana satu ini, "Saat saya bisa mendapatkan pengganti Sang Puteri bahkan jauh lebih baik lagi dengan gampang dalam kondisi kemapanan ku dikala ini, jikalau saya tidak siap menikahi hidup bersama lantaran perilaku buruknya, bagiku itu bukan hal sulit yang bisa saya dapat. Tetapi sebaliknya dikala saya masih bisa tetap bertahan dan memilihnya tinggal berfikirlah Sang Puteri betapa saya sangat menyayanginya karna bagi ku pilihan ini saya yang menentukan.

Kadang cinta tidak sesederhana itu, mencari pengganti dengan cepat dan memaksa diri untuk terlihat senang padahal sebetulnya ada luka dibalik itu, saya tidak pernah mau, lantaran percuma penghasilan ribuan dolar perbulan dan bergelimang harta jikalau tidak senang hidup akan sia-sia rasanya. Tidak banyak yang saya inginkan menikahi pilihan ku dan Dicintai serta mencintainya sama besar.

Aku tidak akan meminta apapun dan menuntut menyerupai apa kedepan atau megatakan hal muluk-muluk dari apa yang sudah ku korbankan, tetapi saya hanya ingin Sang Puteri berfikir sendiri bahwa saya akan tetap menawarkan yang terbaik dan membahagikannya, seandainya ia mengecewakan saya lagi dan terus menyakiti hati ini, saya akan tetap berbuat baik dikala nanti saya tidak senang dengan pilihan ku sendiri saya Ikhlas mendapatkan apapun itu.

Akan tetap sama menawarkan yang terbaik untuk orang yang ku sayang meski ia jahat kepada ku. Aku sangat yakin dikala saya memikirkan kebahagian orang yang disayang, tanpa sempat mencari kebahagiaan, Alloh yang akan menjamin kebahagiaan ku. Itulah jawaban ku atas konflik hati ini, berbuat baik dan Ikhlas mendapatkan tanpa mengharapkan apapun, hanya ingin Dicintai dan Mencinatai menghabiskan hidup sekali ini bersamanya.
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: